I made this widget at MyFlashFetish.com.

Selasa, 26 Juli 2011




Di dalam hutan terdapat sebuah danau, di tepi danau tinggal seekor bebek jelek, dia sangat lincah dan hidup dengan bahagia bersama kedua orang tua abang dan kakak-kakaknya. Didalam hutan tersebut terdapat banyak binatang kecil seperti rusa, tupai, kelinci dan kera kecil, mereka setiap hari berkumpul ditepi danau bermain dengan gembira, mereka semua adalah teman baik bebek kecil.
Pada suatu hari danau tersebut dikunjungi oleh sebuah keluarga angsa yang terdiri dari ibu, bapak dan angsa kecil, kedatangan mereka membuat danau yang sepi ini menjadi lebih indah lagi. Bebek kecil dan teman-temannya sangat tertarik kepada angsa kecil yang cantik nan anggun, mereka sangat mengagumi bulu angsa yang putih dan indah, leher panjang yang anggun dan keahliannya menari, beberapa kali bebek kecil mencoba mendekati angsa kecil, tetapi angsa kecil dengan sengaja atau tanpa sengaja menghindari bebek kecil, kelihatannya tidak ingin berteman dengannya. Angsa kecil suka bermain-main dengan binatang kecil yang berada didalam hutan, dia suka mendengar mereka bercerita tentang hal-hal menarik yang terjadi didalam hutan rimba, dia juga menceritakan petualangan papanya kepada teman-teman kecilnya, mereka sangat mengagumi dia karena selama ini teman-teman kecilnya tidak pernah meninggalkan hutan rimba ini mereka belum pernah melihat dunia luar, mereka semua sangat suka mendengar ceritanya, akhirnya angsa kecil menjadi idola diantara teman-teman kecil ini.
Bebek kecil juga sangat suka mendengar cerita angsa kecil,  juga sangat ingin belajar menari dari angsa kecil. Pada suatu hari bebek kecil berkata kepada angsa kecil :”Angsa kecil engkau sangat cantik, bagaimana kalau kita menjadi teman baik, dapatkah engkau mengajar saya menari?” Angsa kecil memandang bebek kecil dengan tersenyum berkata :”Kenapa engkau setiap hari tidak pernah mandi?, kenapa engkau kelihatan sangat kotor?” pergilah mandi setelah engkau bersih kita akan menjadi teman.” Setelah berkata demikian angsa kecil berenang meninggalkan bebek kecil, bebek kecil dengan muram pulang kerumahnya,  dia sangat sedih, dahulu tidak pernah ada yang mengatakan dia kotor, dia sendiri juga tidak pernah berpikir tentang hal ini, dia melihat dirinya sendiri didalam air, benar saja memang dia kelihatan sangat kotor, bulunya yang kuning keabu-abuan kelihatan seperti tidak pernah mandi, kenapa bisa begitu?.
Bebek kecil lalu bertanya kepada mamanya :” mama, mama, kenapa bulu kita kelihatan seperti tidak pernah mandi? Angsa kecil tidak mau berteman dengan saya, dapatkah bulu saya berubah putih bersih seperti bulu angsa? Dengan demikian kami bisa menjadi teman baik dan saya ingin belajar menari seperti dia.”
Ibunya berkata kepadanya :”Tentang hal ini, sewaktu saya kecil saya mendengar cerita ini dari kakek, di hutan ini ada seekor rusa tua yang mempunyai bulu 7 warna, dia yang berkuasa didalam hutan rimba ini. Tetapi jarang ada yang bisa melihat dia, hanya orang yang baik hati dan melakukan sebuah perbuatan yang baik yang bisa bertemu dengannya. Siapa yang dapat bertemu dengannya, dia dapat mengabulkan dua permintaan dari orang yang bertemu dengannya, menurut cerita kakek dari kakek moyang kita melakukan sebuah perbuatan baik, dan bertemu dengan rusa tua berbulu 7 warna ini. Menurut rusa tua, dahulu kala di hutan ini datang seorang pemburu, dia mempunyai sebuah senjata yang sangat ampuh, yaitu sebuah panah yang dapat menyemburkan api, ketika menyemburkan api akan mengeluarkan suara yang sangat keras. Ketika dia menyemburkan api, sasarannya akan segera mati. Dahulu leluhur kita berbulu yang putih bersih, sangat cantik, didalam hutan kelihatan sangat menyolok, leluhur kita karena tidak menginginkan kita menjadi sasaran pemburu, meminta kepada rusa tua merubah warna bulu kita menjadi kuning ke abu-abuan seperti sekarang ini. Sedangkan keluarga angsa dahulu bukan tinggal dihutan ini, mereka kelihatan tinggal sangat jauh dari hutan ini, ditempat tinggal mereka pasti tidak ada rusa tua, jika tidak rusa tua pasti akan menceritakan kejadian ini kepada mereka.”
Setelah mendengar cerita mamanya, bebek kecil berkata :”Benarkah semuanya ini? Hal ini sangat menakutkan, tetapi selama ini dihutan kita tidak ada pemburu dan tidak ada panah, woii, saya masih ingin berubah menjadi angsa kecil , angsa kecil sangat anggun, dia menjadi idola diantara teman-teman.”
Mama dengan tersenyum berkata :”ooh, buah hati mama, engkau selamanya adalah malaikat kecil dihati papa, mama, kakak, abang dan adik-adik mu seperti angsa kecil yang anggun itu.”
Bebek kecil menceritakan hal  yang dikatakan mamanya kepada teman-teman kecilnya, tetapi mereka semua tidak percaya kepada ceritanya mereka semua menertawakannya, mereka berkata dia hanya iri hati kepada angsa kecil yang anggun, karena dirinya sangat jelek maka mengarang cerita itu untuk membohongi mereka, mereka semua tidak mau berteman lagi dengan bebek kecil. Bebek kecil dengan sedih meninggalkan mereka, mulai hari itu dia selalu berdiri jauh dari mereka dan dari jauh menyaksikan mereka bermain dengan gembira, ketika mereka tertawa dia hanya bisa tersenyum dari jauh, ketika teman-teman kecilnya bermain dengan gembira, dia juga ikut bergembira, ketika mereka semua sudah pulang kerumah, dengan diam-diam menyendiri meninggalkan tempat itu, sepanjang jalan dia mengenang betapa bergembiranya dahulu dia bermain bersama teman-teman kecilnya.
Pada suatu hari cuaca sangat cerah, seperti biasanya bebek kecil masih dari tempat jauh memandang angsa kecil dan teman-teman kecil lainnya bermain dengan gembira ditepi danau. Tiba-tiba, bebek kecil melihat diantara semak-semak ditepi danau ada sebuah panah, sedang membidik kearah tempat teman-teman kecilnya bermain, dengan terkejut bebek kecil mengucek-kucek matanya memandang dengan serius, oh Tuhan! Sebuah panah sedang membidik kearah angsa kecil yang sedang menari dengan gembira.
Bebek kecil teringat kepada cerita mamanya, dengan panik dia berteriak kepada teman-teman kecilnya :”ayo teman-teman cepat lari, disana ada sebatang panah yang bisa menyemburkan api sedang membidik kalian, cepat lari angsa kecil, cepat lari teman-temanku.” Dengan sekuat tenaga bebek kecil berteriak, tetapi angsa kecil sedang menari dengan gembira diantara suara nyanyian teman-teman yang lain, mereka semuanya tidak memperhatikan dan tidak mendengar teriakan bebek kecil yang berada dari tempat jauh.
Mama berkata, siapa yang kena bidikan panah api itu pasti akan mati, bebek kecil seolah-olah melihat bidikan panah mengena ke angsa kecil, dengan segera leher angsa yang anggun akan terkulai, mama dan papa angsa akan menangis dengan sedih, teman-teman kecil yang lain tidak dapat lagi menyaksikan tarian angsa kecil yang anggun, tidak akan lagi terdengar suara tertawa gembira lagi.
Dengan sekuat tenaga bebek kecil mengepakkan sayapnya berusaha terbang secepatnya ke semak-semak dimana panah api itu berada, dengan sekuat tenaga dia berteriak :”hai pemburu jahat, jangan pernah menyakiti teman-teman saya.”
Bebek kecil dengan berani menerjang ketempat panah itu berada, dengan badannya dia menghalang didepan panah, tetapi ketika sampai ditempat itu dengan serius dia melihat, lupanya dia salah lihat, diantara semak-semak berukar yang tersembur keluar adalah sebatang bambu bukan panah, dari jauh kelihatan seperti sebuah panah yang bisa menyemburkan api seperti yang diceritakan oleh mamanya. Setelah tenang bebek kecil berpikir, aku sungguh bodoh, pantas saja teman-teman tidak mau bermain denganku, tidak bisa membedakan antara sebatang bambu dengan sebuah panah.
Tidak ada yang melihat kejadian tadi, diantara air danau yang tenang hanya terdengar suara tawa teman-teman kecilnya.  Bebek kecil sangat sedih dia tidak bersemangat melihat teman-temannya yang bermain dengan gembira, dengan menundukkan kepalanya dia pulang kerumahnya.
Dimalam hari, ketika bebek kecil sedang berbaring ditempat tidur memikirkan kejadian tadi siang, didalam hatinya berpikir, betapa baiknya jika saya dapat melakukan suatu kebaikan, dengan demikian saya bisa bertemu dengan rusa berbulu 7 warna, jika bertemu dengannya, saya akan meminta dia merubah saya menjadi seekor angsa yang cantik.
Sambil melamun, perlahan-lahan bebek kecil tertidur.
Dia sampai disebuah tempat ditengah hutan, tempat ini belum pernah dikunjunginya, pohon-pohon disana setinggi langit. Pada saat ini bebek kecil berpikir : saya berada ditempat apa?, saya belum pernah ketempat ini, pada saat itu dia melihat ada seekor rusa berbulu 7 warna sedang menuju ketempatnya, dengan tersenyum bertanya kepadanya :”Bebek kecil, apa kabar?, selamat datang kerumah saya.”
Dengan bingung bebek kecil bertanya :”Siapakah engkau? Tempat apa ini? Kenapa saya bisa sampai disini? Dimana papa dan mama saya?”
Rusa berkata :” Saya adalah rusa berbulu 7 warna, dihutan ini umur saya paling tua, saya yang berkuasa dihutan ini, ini rumah saya, engkau tidak perlu takut, papa dan mamamu dalam keadaan baik-baik saja, karena engkau adalah seorang anak yang baik hati dan pemberani, saya mengundang engkau datang ke rumah saya.”
Bebek kecil sangat terkejut, dia sungguh tidak bisa percaya kepada matanya, lalu bertanya :”mama saya berkata, harus melakukan suatu perbuatan baik baru bisa bertemu denganmu, saya tidak melakukan apapun?”
Rusa berkata :”hari ini engkau menyelamatkan angsa kecil, dengan tubuhmu engkau menghalangi panah itu.”
“Tetapi itu bukan panah yang bisa menyemburkan api, saya juga tidak menyelamatkan angsa kecil.”
“Tidak penting apakah itu panah yang bisa menyemburkan api atau bukan?, engkau adalah seorang anak yang baik hati, engkau sangat pemberani, dan engkau adalah seorang anak yang patuh, apakah engkau mempunyai permintaan? Saya dapat mengabulkan 2 permintaanmu.”
Bebek kecil setelah berpikir sejenak berkata :”Saya ingin berubah menjadi seekor angsa, bisakah?”
“Bisa, ini adalah permintaanmu yang pertama.”
Pada saat itu dikepala rusa mengeluarkan cahaya dan bebek kecil berubah menjadi angsa kecil yang cantik, lebih cantik dari angsa kecil yang ada didanau, bulunya yang putih bersih bercahaya bagaikan salju, dengan leher panjang yang anggun.
Dengan perlahan-lahan dia mengepak sayapnya, dan mulai terbang, dia sangat gembira, dengan cepat dia terbang diatas danau yang biasanya dia bermain bersama teman-teman kecilnya. Dengan sekuat tenaga dia berteriak kepada mereka :”Teman-temanku, lihat saya adalah bebek jelek, rusa berbulu 7 warna menjelma saya menjadi seekor angsa kecil.” Sambil bernyanyi dan menari dia dikelilingi oleh teman-teman kecilnya. Dia asyik menyanyi dan menari dengan gembira, dia berubah menjadi putri tercantik dihutan ini.
Ketika dia memandang ke sekelilingnya, dia mencari dimana angsa kecil yang dahulu, pada saat itu dia melihat angsa kecil berdiri ditempat yang jauh dari mereka, sedang memandang kearahnya sambil menangis, teman-teman yang lain tidak memperhatikannya, terus melanjutkannya nyanyian dan tarian mereka.
Dia seolah-olah melihat bayangan diri sendiri yang dulu, dia tahu perasaan itu sangat menyakitkan, dia langsung tidak bisa bergembira lagi,
“Oh tidak, tidak boleh demikian, sungguh kasihan angsa kecil, dia tidak mempunyai teman lagi, dia pasti sangat sedih, saya tidak boleh berbuat demikian.”
Dia membalikkan badannya terbang kembali ketengah hutan, mencari rusa berbulu 7 warna dan berkata kepadanya :”Oh…Rusa berbulu 7 warna,  angsa kecil sungguh kasihan, saya tidak ingin menjadi angsa, tolong rubah kembali saya menjadi bebek aja.”
Rusa berkata :”Baiklah, ini ada permintaan anda yang kedua.”
Dalam sekejab bebek kecil kembali berubah kepada asalnya, bulunya yang kuning keabu-abuan seperti tidak pernah mandi, tetapi dia kelihatan lebih dewasa, dia tidak merasa sedih lagi.
“Karena engkau sangat baik hati, saya akan mengabulkan satu lagi permintaanmu, engkau ada permintaan apa lagi, bebek kecil?.”
“Saya ingin bermain-main dengan teman-teman kecilku, dan ingin belajar menari dari angsa kecil.”
“Tidak masalah, teman-temanmu akan dengan senang hati bermain-main denganmu, engkau akan menjadi teman baik angsa kecil dan dia akan mengajarmu menari.”
“Bebek kecil, bebek kecil, cepat bangun.” Dia dibangunkan dari mimpi oleh suara mamanya :”Sayangku, cepat bangun, cepat sarapan, wah… semalam kami, papa, mama, abang, kakak dan adikmu telah bermimpi yang sama, dalam mimpi engkau bertemu dengan rusa berbulu 7 warna, dan rusa merubah engkau menjadi seekor angsa kecil, beruntung itu hanya mimpi, kalau tidak kami akan sangat sedih.”
“Benarkah mama ?, saya juga bermimpi ketemu dengan rusa dan dia merubah saya menjadi seekor angsa kecil, seekor angsa kecil yang sangat cantik, tetapi ketika saya pergi kedanau melihat angsa kecil sedang menangis, saya menyuruh rusa merubah saya kembali ke asal, saya pikir seperti sekarang ini lebih baik, saya tidak akan pernah mau menjadi angsa kecil lagi.”
“Benarkah sayangku?, anak mama sekarang sudah dewasa.”
Bebek kecil pergi ketempat biasanya teman-temannya bermain, ketika teman-temannya melihat dia, dengan bersemangat mereka berteriak kepadanya :”Bebek kecil, cepat kesini, kami semua sedang menunggu engkau, kami semua semalam bermimpi sama yaitu engkau bertemu dengan rusa 7 warna, dan rusa merubah engkau menjadi seekor angsa yang cantik, engkau sangat cantik, tetapi ketika engkau melihat angsa kecil sedang bersedih hati, engkau menyuruh rusa merubah dirimu kembali ke asal, rusa berkata engkau adalah seorang anak yang paling baik hati didalam hutan ini.”
Angsa menghampiri dia, dengan akrab menarik tangannya dan berkata :”bebek kecil, maafkan saya, tidak seharusnya saya berkata engkau tidak pernah mandi. Hatimu sungguh baik, mulai sekarang kita menjadi teman baik, mari kesini, saya akan mengajar engkau menari.”
“Baiklah, tetapi engkau harus sabar ya, saya sangat bodoh.”
Walaupun tarian yang diajarkan angsa kecil membuat bebek kecil ketika menari membuat semua teman-temannya tertawa dengan terbahak-bahak, tetapi mereka setiap hari dengan gembira selalu menyemangati bebek kecil :” ayo semangatlah bebek kecil cepat menari! cepat menari!
Bebek kecil tetap bebek kecil, tetapi dia sekarang sangat gembira tidak bersedih lagi. (Hui Zhe, Zhengjian.org/hui)





PANGGUNG TRAGEDI BEBEK KECIL


Prancis mengadaptasi cerita
The Ugly Duckling dalamsebuah pertunjukan teaterboneka. Memadukan humordengan kekejaman.w luluk bebek itu gelisah. I Berkali-kali dia memandangi I anak yang baru lahir. Matanya I lalu beralih ke arah enam anaknya yang lain. Enam anak bebek cantik dengan bulu-bulu seputih salju. Tapi lihatlah kondisi si bungsu yang baru keluar dari cangkangnya itu. Penampilannya amat kumal dengan bulu-bulu berwarna abu-abu kecokelatan. Sama sekali tidak menarik. Dengan sikat dan kain perca, induk bebek meng-gosok-gosok tubuh bebek kecil yang masih lemah itu. Tapi tidak berhasil.
Induk bebek tak mau menerima kondisi sang anak. Dia memutus-
" kan menjual si anak. Sayang, tak ada yang sudi membelinya. Induk bebek frustrasi. Perasaan malu, sedih, putus asa, dan marah bercampur aduk jadi satu. Diiringi suara akordion yang menyayat hati, kita menyaksikan bagaimana sang induk mengangkat tubuh anak bebek malang itu tinggi-tinggi sebelum mengempaskannya ke dalam tong sampah.
Kisah bebek yang tak diinginkan kehadirannya itu hadir dalam sebuah pertunjukan teater bonekayang digelar di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Ahad pekan lalu. Pertunjukan bertajuk Mauvaise Graine itu menyuguhkan sebuah dongeng kontemporer tentang pengecualian, perbedaan, pengasingan, dan harapan, yang terilhami oleh kisah klasik karya Hans Christian Andersen The Ugly Duckling.
Di atas panggung, kisah bebek kecil bernasib buruk itu dibawakan oleh Dorothee Saysombat. Mengenakan sepatu katak yang biasa dipakai penyelam, berpu-pur putih, serta memakai masker berbentuk paruh bebek, dia berperan sebagai induk bebek, yang ke mana-mana selalu membawa gerobak kecil berisi enam boneka bebek. Di tangan Dorothee, enam boneka bebek itu terlihat hidup. Suara akordion yang dimainkan Scott Taylor makin mengaduk-aduk emosi penonton.
Mauyaise Graine dipentaskan oleh kelompok asal Prancis, Compagniea. Didirikan pada Desember 2003 oleh Dorothee Saysombat dan Nicolas Alline, Compagnie a, yang datang ke Jakarta atas undangan Pusat Kebudayaan Prancis (CCF) Jakarta, menawarkan kepada publik sebuah pertunjukan untuk segala usia yang menggabungkan atraksi badut dan pertunjukan boneka.
Walaupun hanya berdua di atas panggung, Dorothee Saysombat dan Nicolas Alline mampu menghibur penonton lewat bahasa tubuh dan kemampuan meniru aneka jenis suara binatang. Lihatlah bagaimana mereka membuat penonton penasaran ketika dari rumah kecil yang dibangun di atas panggung terdengar gonggongan anjing, bersahutan dengan suara kucing, ayam, bebek, kambing, dan sapi, layaknya sebuah peternakan. Dari rumah kecil yang terbuat dari bilah-bilah kayu tua dan hampir roboh itu, Nicolas dan Dorothee munculmenyapa penonton. "Bo!" ujar Dorothee, yang langsung dijawab Nicolas dengan lenguhan kerbau.
"Kisah memilukan di empat musim," kata Nicolas dalam bahasa Indonesia. Sebuah pengantar bagi penonton. Dengan sepotong kapur, pada bagian atas dinding rumah dia menulis "musim panas". Di musim itulah cerita bergulir. Adegan pembuangan bebek kecil buruk rupa ke tong sampah menjadi adegan penutup pada musim panas.
Kisah bebek kecil bernasib malang terjalin dalam empat musim berbeda musim panas, gugur, dingin, dan semi. Agar penonton paham bahwa telah terjadi pergantian musim, kedua aktor itu secara bergantian menuliskan musim yang sedang berlangsung. Tentu dengan cara yang bisa membuat penonton tergelak. Tiap-tiap musim menyuguhkan kisah yang berbeda dengan karakter utama, bebek si .buruk rupa.
Ketika musim gugur tiba, misalnya, Dorothee, yang tampil sebagai perempuan berpenampilan lusuh, mencoba membuat tulisan "musim gugur" pada koper kayunya. Kapurnya terjatuh ketika dia baru menulis "musim gug". Dengan mimik lucu, dia pun berteriak, "Uur...." Penonton pun terbahak. Di musim gugur, kisah si bebek kecil buruk rupa disajikan dalam sebuah puppet show (panggung boneka) jalanan. Dari balik koper kayu, dengan lincah Dorothee menjadi dalang memainkan beragam karakter.
Dia, misalnya, mampu membuat penonton tertawa saat menyuguhkan adegan perjalanan si bebek berkeliling dunia, melihat Patung Liberty di Amerika Serikat, Menara Pisa di Italia, Menara Eiffel di Prancis, hingga bertarung sampai pingsan melawan barongsai di Cina. Namun, pada akhir musim, penonton disuguhi pemandangan
berbeda. Adegan tragis penembakan ayah dan anak bebek yang mencoba menyeberangi wilayah perbatasan. Dorothee menggunakan pita berwarna merah untuk menggambarkan darah yang mengucur l;ri tubuh keduanya.
Pertunjukan yang dibawakan Compagnie a memang tak cumamenghadirkan kelucuan. Kisah-kisah yang disajikan memadukan humor dengan kekejaman, tragedi dengan komedi. Sebuah pertunjukan yang memberi perspektif unik sekaligus puitis pada, konteks sosial dan politik, dalam kemasan menarik,